WahanaNews-BOGOR | Pasca resmi naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah melalui melalui Menteri Keuangan, Sri Mulyani, pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB mulai mengundang reaksi berbagai elemen.
Adalah, Mahasiswa Universitas Djuanda (Unida) Bogor, memberi reaksi keras terhadap kebijakan pemerintah yang menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite, Pertamax dan Solar di tengah kondisi sulitnya ekonomi.
Baca Juga:
BPKN Desak Pengawasan Ketat dan Tindakan Tegas terhadap SPBU Nakal
Dalam keterangan yang diterima WahanaNews.co, meski mengaku tidak kaget dengan keputusan tersebut, Menteri Luar Kampus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unida Bogor, Ruben Bentiyan menegaskan, jika naiknya BBM bukanlah solusi yang tepat.
“Sebetulnya kami tidak terlalu kaget, tapi ketika berbicara soal kecewa, sudah menumpuk di dalam dada,” cetus Ruben, Minggu (4/9/2022).
Ia menilai, seharusnya pemerintah memiliki skala prioritas dalam hal tersebut. Salah satunya, dengan menunda program atau proyek pekerjaan yang belum terlalu dibutuhkan. Misalnya, menunda proyek Ibu Kota Negara (IKN) dan proyek strategis nasional lainnya.
Baca Juga:
Kendalikan Inflasi, Kemendagri Minta Pemda Segera Beri Insentif Fiskal PBBKB
Apalagi, kata dia, saat ini pemerintah terus menggembar-gemborkan soal pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
“Daripada mencabut subsidi dan menaikkan harga BBM, lebih baik menghentikan proyek IKN dan Proyek Strategis Nasional lainnya, lalu mengalih-gunakan anggaran tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lebih dulu,” tegas Ruben.
Unida Bogor pun secara lantang menolak kenaikan BBM tersebut. Ketegasan itu salah satunya terpampang dalam sejumlah spanduk bertuliskan penolakan kebijakan pemerintah di kampus, di Ciawi, Kabupaten Bogor.
Ruben menyebut, respon yang dilakukan pihaknya merupakan sebuah sikap. Bahkan, mereka pun berencana mendatangi Istana Bogor untuk melakukan demo, menolak naiknya harga BBM, Senin (5/9/2022), besok.
“Maka kami dengan cara yang seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya mengajak seluruh elemen masyarakat untuk berkonsolidasi pada Senin ini,” tuturnya.
“Kami menyatakan menolak keras kenaikan BBM dan akan kami respon kenaikan BBM ini dengan cara berbondong-bondong memenuhi Istana Bogor. Atas nama cinta dan perjuangan, semoga masih Hidup,” sambungnya menegaskan.
Sekedar diketahui, pemerintah resmi menaikkan harga BBM, pada Sabtu (3/9/2022). Pengumuman itu langsung dipimpin oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dalam kenaikan tersebut, pemerintah memutuskan harga subsidi dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per-liter. Lalu Pertalite dari Rp 7.650 menjari Rp 10.000 per-liter. Sementara Pertamax non subsidi dari Rp 12.000 menjadi Rp 14.500 per-liter.
Dalam keterangan resminya, Jokowi menjelaskan, kenaikan tersebut tak lepas daripada anggaran subsidi pemerintah yang sudah meningkat tiga kali lipat dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun dan akan meningkat terus.
Namun, pada kenyataan yang ada, sebut dia, lebih dari 70% subsidi justru dinikmati oleh kelompok masyarakat yang mampu, yaitu pemilik mobil pribadi.
“Mestinya, uang pemerintah itu diberikan untuk subsidi bagi masyarakat kurang mampu. Subsidi harus menguntungkan masyarakat kurang mampu,” kata Jokowi. [rsy]