WahanaNews Jabar-Banten | Baru-baru ini terkuak kasus dugaan pelecehan seksual pengawai Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang terjadi di tahun 2015.
Menurut pengacara korban, klien-nya hingga sekarang masih mengalami trauma.
Baca Juga:
Anda Sulit Mengontrol Emosi? Sains Ungkap Rahasianya
Sebagai informasi, pelecehan seksual tidak hanya berkaitan dengan pemerkosaan secara fisik, hal seperti omongan, sentuhan, hingga menyebarkan rumor tentang aktivitas seksual orang lain juga termasuk ke dalam pelecehan seksual.
Bukan hanya malu, trauma pelecehan seksual bisa membuat korbannya menyalahkan diri sendiri hingga depresi. Maka itu, diperlukan strategi yang tepat dalam mengatasi akibat pelecehan seksual.
Seperti yang dilansir dari laman Mental Health America, pelecehan dan kekerasan seksual akan memiliki efek, baik dalam jangka pendek maupun panjang terhadap kesehatan korban.
Baca Juga:
Akibat Perang, 70 Ribu Lebih Tentara Israel Dilaporkan Alami Cacat
Hampir semua korban pelecehan seksual mengaku memiliki perasaan-perasaan negatif yang muncul setelah kejadian tersebut terjadi.
Mulai dari malu, kaget, bingung, hingga rasa bersalah. Jika perasaan-perasaan ini terus muncul, korbannya berpotensi terkena gangguan kesehatan jiwa seperti depresi, Post Traumatic Stress Disorder (PTSP), gangguan makan dan gangguan kecemasan.
Trauma akibat pelecehan seksual memang dihadapi setiap orang dengan cara yang berbeda-beda.
Mungkin pada awalnya Anda akan menyangkal dan berusaha menutupi kejadian tersebut karena malu.
Seiring dengan berjalannya waktu, trauma tersebut mungkin akan mengganggu kesehatan Anda.
Mulai dari sulit tidur, aktivitas terhambat, sampai sulit melakukan hal yang Anda sebenarnya menyenangkan.
Gejala lainnya dari trauma akibat pelecehan seksual adalah sakit kepala, sulit berkonsentrasi, tekanan darah tinggi hingga pelupa.
Mungkin Anda merasa itu biasa saja, namun pada beberapa kasus yang cukup parah, trauma tersebut membuat orang depresi dan menimbulkan pikiran untuk bunuh diri.
Oleh karena itu, mengatasi trauma pelecehan seksual sangat penting untuk mencegah terjadinya situasi terburuk seperti bunuh diri.
Berikut cara bijak mengatasi trauma akibat pelecehan seksual yang perlu dilakukan:
1. Menerima Kenyataan
Salah satu cara untuk mengatasi trauma akibat pelecehan seksual adalah berhenti menyangkal dan menerima kenyataan.
Tidak perlu memberikan penjelasan panjang lebar mengapa ada orang yang melecehkan Anda. Ketika Anda terus menyangkal, rasa sakit dan amarah akan terus muncul.
Memang tidak mudah menerima kenyataan bahwa Anda mengalami pelecehan seksual. Oleh karena itu, mintalah bantuan ke psikolog guna mengatasinya.
Untuk melampiaskan emosi ini, Anda juga bisa mencoba meditasi, yoga, atau aktivitas lain yang membuat hati tenang.
2. Bercerita kepada Orang Lain
Bercerita kepada orang lain tentang pelecehan seksual yang dialami dapat meringankan beban Anda meski mungkin tidak begitu siginifikan.
Mencari bantuan kepada orang lain memang membuat Anda harus menceritakan kembali apa yang terjadi saat itu dan mengingat kembali kejadian buruk tersebut.
Akan tetapi, hal ini menjadi salah satu cara untuk mengatasi trauma akibat pelecehan seksual.
Pilihlah orang yang Anda percaya bahwa ia bisa menghormati perasaan dan sudut pandang cerita Anda. Sebisa mungkin, hindari orang yang sekiranya akan bereaksi berlebihan atau menjadi lebih emosional.
Jika Anda kurang yakin, bergabung dengan kelompok orang yang pernah mengalami kasus serupa bisa menjadi alternatif.
3. Menulis Buku Harian
Meluapkan perasaan emosi dengan menceritakannya di buku harian bisa jadi cara yang dicoba untuk mengatasi trauma akibat pelecehan seksual.
Meski tidak bisa mendapatkan feeback seperti bercerita pada orang lain, Anda bisa menuangkan semua isi hati tanpa perlu rem. Anda tak perlu menyaring kata-kata atau takut cerita ini akan dibocorkan kemana-mana.
4. Berhenti Menyalahkan Diri Sendiri
Korban pelecehan seksual sering kali menyalahkan diri sendiri ketika kejadian tersebut terjadi. Entah itu menyalahkan diri sendiri karena memakai rok mini ke kantor atau baju dengan belahan dada yang rendah.
Karena sebenarnya, ada korban lain yang mengalami perlakuan yang serupa meskipun sedang memakai pakaian yang sangat tertutup.
Oleh karena itu, berhentilah menyalahkan diri sendiri. Ingat bahwa apa yang terjadi bukan sepenuhnya salah Anda dan Anda bukan penyebab mengapa orang lain tidak bisa mengendalikan dirinya.
Dalam hal ini, pelaku pelecehan seksuallah yang sebenarnya salah karena mereka tak bisa mengendalikan dirinya dengan melecehkan Anda terlepas apapun alasannya.
Memang akan memakan waktu dan kesabaran dalam menerapkannya, tetapi strategi ini sangat diperlukan agar Anda tak lagi terbelenggu oleh pikiran-pikiran tersebut.
Dengan terus berjuang, setidaknya Anda bisa tahu bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasil yang akan diperoleh nantinya. (Tio)