WahanaNews Jabar-Banten | Sebuah studi oleh tim yang dipimpin oleh ahli epidemiologi China ternama sekaligus dokter ahli paru, Zhong Nanshan menunjukkan bahwa dua suntikan vaksin nonaktif China masih efektif dalam mencegah varian Delta.
Baca Juga:
Pemkab Kepulauan Seribu Targetkan 4.295 Anak Terima Vaksin Polio PIN Tahap Pertama
Hal itu dikarenakan tingkat kemanjuran menunjukkan bahwa ada sebanyak 59 persen secara keseluruhan dalam mencegah gejala yang disebabkan oleh varian selama wabah di Guangzhou China Selatan.
Penelitian, yang hasilnya diterbitkan dalam jurnal Emerging Microbes & Infections pada 14 Agustus ini menjelaskan bahwa dua suntikan vaksin Cina yang tidak aktif masing-masing 70,2 persen dan 100 persen efektif dalam mencegah gejala sedang hingga gejala serius.
Baca Juga:
Dinas Kesehatan Yogyakarta Targetkan 30.702 Anak Terima Imunisasi Polio pada PIN 2024
Hal ini dilaporkan merupakan laporan data dunia nyata pertama tentang keefektifan vaksin tidak aktif China terhadap varian Delta.
Laporan ini didasarkan pada data dunia nyata dari 153 kasus yang dikonfirmasi dan 475 kontak dekat yang dikumpulkan selama wabah di Guangzhou, Provinsi Guangdong Cina Selatan, antara 18 Mei dan 20 Juni, yang disebabkan oleh varian Delta.
Selain itu, laporan yang ada juga menyimpulkan bahwa dua suntikan vaksin tidak aktif China masih efektif dalam mencegah varian tersebut.
Di antara kasus yang dikonfirmasi, 105 memiliki gejala sedang sementara 16 lainnya memiliki gejala serius atau kritis. Tak satu pun dari pasien serius atau kritis diberi vaksin, menurut laporan.
Di antara kasus yang divaksinasi, 61,3 persen menerima dua suntikan vaksin tidak aktif Sinovac dan 27,5 persen menerima dua suntikan Sinopharm. 10,4 persen lainnya diberi campuran vaksin dari kedua perusahaan.
Studi menunjukkan bahwa, berdasarkan sampel yang terbatas, satu suntikan vaksin yang tidak aktif hanya menunjukkan kemanjuran 14 persen dalam mencegah Covid-19.
Dikatakan bahwa prosedur dua suntikan vaksin Cina yang tidak aktif adalah 72,5 persen pada orang berusia 40-59 tahun. Vaksin ini bahkan lebih efektif pada wanita daripada pria karena menunjukkan kemanjuran 70,4 persen dalam mencegah gejala ringan pada pria dan 79,1 persen dalam mencegah gejala sedang pada wanita.
Sementara itu, vaksin Sinovac juga disebut-sebut mampu mengurangi risiko perawatan sebesar 96 persen dan menurunkan tingkat risiko kematian sebesar 98 persen.
Data tersebut didapatkan dari kajian cepat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes atas tingkat efektivitas vaksin Sinovac terhadap infeksi Covid-19 kepada tenaga kesehatan DKI Jakarta.
Menurut keterangan dari pihak Sinovac kepada laman Global Times, setiap vaksin memang tidak bisa memberikan perlindungan sebesar 100 persen terhadap serangan Covid-19.
Akan tetapi vaksin dapat berguna untuk mengurangi sejumlah gejala berat dan juga mampu mencegah angka kematian yang lebih tinggi. (JP)