WahanaNews Jabar-Banten | Seorang
pejabat yang memimpin suatu fakultas atau Dekan memberi saran agar harga Polymerase
Chain Reaction (PCR) di Indonesia bisa murah.
Nama Dekan tersebut Ari Fahrial Syam dari Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).
Baca Juga:
Dinkes DKI Imbau Warga Jakarta Pakai Masker: Kasus Covid-19 Meningkat
Menurut Ari, solusi pertama yakni membuat sendiri alat
tersebut di tanah air. Seperti diketahui, saat ini alat tes masih diimpor dari
asing, sehingga harga relatif tinggi termasuk adanya pajak impor.
Ia membandingankan dengan di India. Di India, mereka membuat mesin PCR dan
reagennya sendiri. Karena itulah harga PCR di India bisa mencapai di bawah
Rp100.000.
Solusi kedua, katanya juga dengan cara menghapuskan
pajak mesin PCR dan reagen yang diimpor ke Indonesia.
"Kita semua masih impor bahkan kena pajak impor.
Agar lebih murah, pajak mesin PCR dan reagen dihapuskan, dan dorong industri
kita untuk produksi sendiri," ujarnya dikutip dari akun twitternya.
Baca Juga:
Kemenkes Katakan Kasus Kematian Akibat Virus Corona di Indonesia Kembali Meningkat
Sebelumnya, Epidemiolog UI Pandu Riono mengatakan
pemerintah bisa menekan biaya tes Covid-19 menjadi paling termurah, untuk tracing
yang lebih meluas.
Dia mengatakan semisal untuk tes Covid dengan metode PCR berdasarkan eCatalogue
bisa ditekan hingga Rp150.000. Menurutnya, untuk harga Rp 500.000 saat ini yang
dipatok masih sangat mahal.
Presiden Joko Widodo
(Jokowi) sendiri telah meminta Kementerian Kesehatan menurunkan harga tes PCR
berada di kisaran Rp 450.000 - Rp 550.000. Presiden mengatakan bahwa untuk
memperbanyak testing adalah dengan menurunkan harga tes PCR. Saat ini harga tes
PCR bervariasi antara Rp 900.000 hingga Rp1 juta ke atas.
"Saya sudah berbicara dengan Menteri Kesehatan (Budi Gunadi Sadikin)
mengenai hal ini. Saya minta agar biaya tes PCR berada di kisaran antara
Rp450.000 - Rp550.000," kata Jokowi melalui kanal YouTube Setpres, Minggu
(15/8/2021). (Tio)