JABAR.WAHANANEWS.CO — Gubernur Jawa Barat (Jabar), Dedi Mulyadi menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap maraknya kenakalan remaja yang kini dinilai bukan lagi sekadar perilaku nakal biasa, melainkan bagian dari sistem yang terstruktur dan terorganisir secara masif.
Gubernur Dedi Mulyadi menegaskan fenomena gangster remaja di Jawa Barat telah berkembang menjadi ancaman serius bagi ketahanan bangsa.
Baca Juga:
Soal Siswa Bermasalah dan Pendidikan Disiplin, Dedi Mulyadi: Bicara Saja Tidak Cukup
Ia menilai, pengaruh buruk terhadap remaja saat ini berlangsung melalui dua jalur utama yakni pengorganisasian kelompok berbasis fanatisme sempit di lingkungan sekolah, serta paparan konten negatif dan tutorial kekerasan melalui media sosial.
"Ini bukan lagi kenakalan biasa. Ini sudah menjadi sistem yang terkelola, terencana, dan terprogram. Bahkan banyak dari mereka yang tahu celah hukum bahwa anak di bawah umur tidak bisa diproses pidana seperti orang dewasa," ujarnya, dikutip Rabu (7/5/2025).
Ia menambahkan, keterbatasan fasilitas pembinaan anak di kabupaten/kota menyebabkan aparat penegak hukum kesulitan dalam menindak tegas para pelaku. Akibatnya, banyak anak yang hanya ditahan sementara di kantor polisi dan dikembalikan kepada orang tua tanpa proses pembinaan yang memadai.
Baca Juga:
Fatwa Haram MUI Soal Vasektomi Jadi Syarat Bansos, Dedi Mulyadi Buka Suara
Dedi Mulyadi juga menyoroti praktik penyelesaian secara kekeluargaan yang justru memperburuk keadaan.
"Anak-anak yang berkelahi hanya dihukum fisik ringan seperti jalan jongkok, lalu pulang dan kembali menjadi gangster. Jika ini terus dibiarkan, kita akan menghadapi kerusakan generasi secara sistemik," katanya.
Lebih lanjut, dirinya mendorong langkah konkret untuk mengatasi masalah ini, di antaranya melalui program pendisiplinan remaja di barak militer, pembubaran organisasi gangster remaja, serta pembentukan tim siber yang lebih kuat untuk menindak penyebaran konten kekerasan di media sosial.
"Tim siber harus bisa mendeteksi dan mematikan akun-akun media sosial, sistem media sosial yang mereka miliki harus dimatikan sehingga mereka tidak bisa lagi eksis membangun jaringan lewat kekuatan media sosial.," ungkapnya.
Menurutnya, fenomena ini juga berkaitan dengan jaringan bisnis ilegal yang memanfaatkan media sosial sebagai sarana ekspansi. Karena itu, penanganan kenakalan remaja harus dilihat dalam perspektif ketahanan nasional.
"Ini bukan semata persoalan sosial, tapi ancaman terhadap masa depan Indonesia. Kita perlu bersatu dan menyelesaikannya secara komprehensif tanpa saling menyalahkan," pungkasnya.
[Redaktur: Mega Puspita]