WahanaNews-Depok | Jelang Ramadan emak-emak di Kota Depok dibuat pusing. Terhitung masih 20 hari lagi, sejumlah sembako terpatau terkerek naik di sejumlah pasar se-Kota Depok, senin (14/3). Naiknya tidak main-main, yang paling menonjol jenis cabai yang naiknya mencapai Rp30 ribu. Harga telur juga naiknya signifikan mencapai Rp4.000 per kilogram (Kg)-nya, jadi Rp24 ribu.
Konsumen yang biasa berbelanja di Pasar Kemirimuka, Siti Zubaidah memaparkan, harga cabai memang sering mengalami kelonjakan harga secara bertahap. Kemarin sebelum masuk tahun baru harganya murah, lalu setelah tahun baru perlahan-lahan naik Rp5.000 perhari hingga menembus harga yang sekarang.
Baca Juga:
Pebalap Depok Bikin Merah Mutih Berkibar di Mandalika
Sedangkan harga telur, lanjutnya, mengalami kenaikan harga sebesar Rp4.000. Tadinya harga telur itu Rp20.000 sekarang menjadi Rp24.000. Semua pada naik, tidak ada yang turun. Padahal, puasa masih lama. “Kalau terus naik, saya jadi pusing mesti makan apa. Ini kan yang naik bahan pokok sehari-sehari semua,”
Terpisah, konsumen lainnya, Camilia tak menampik fenomena kenaikan harga bahan pangan yang terjadi. Ia biasa beli cabai itu Rp25.000 sekilo, sekarang sudah Rp57 ribu. Meski begitu, Camilia masih tetap membeli cabai tersebut walau kenaikan harga yang pesat. “Ya sudah biasa beli, tidak bisa kalau tidak beli, sudah kebutuhan. Tapi kalau semuanya naik pusing juga mesti masak apa,”
Sementara, pedagang sayuran di Pasar Kemirimuka, Mulyani mengungkapkan, kenaikan harga yang signifikan terdapat pada cabai. “Harga cabai itu sekarang Rp60.000 perkilo, tadinya harga cabai bisa setengah dari harga sekarang,”
Baca Juga:
Lebih Dekat dengan Lurah Pancoranmas, Mohammad Soleh: Dari Gowes, Sambangi Warga Bantaran Kali
Di lokasi berbeda, pedagang ayam potong di Pasar Depok Jaya, Tole M memaparkan, harga ayam potong mengalami kenaikan harga seperti bahan pangan lainnya. “Ayam naik harganya, dari Rp 29.000 sekarang menjadi Rp31.000 perpotong,”
Walau terpantau mengalami kenaikan harga, tetapi Tole bersyukur karena kenaikan harga pada bahan pangan yang dijualnya, tidak mengalami kenaikan yang cukup drastis. “Kalau dagangan saya sih tidak terlalu pesat ya kenaikannya, tidak tahu kalau yang lain,”
Masih di lokasi yang sama, pedagang daging, Ahmad Badrowi mengungkapkan, bahan pangan yang dijualnya juga mengalami kenaikan. Harga daging sekarang Rp125.000 perkilo, tadinya cuma Rp115.000.
Hal ini tentu membuat Ahmad bersedih dikarenakan kenaikan harga tersebut berdampak pada penghasilannya sehari-hari. “Jadi berkurang. Untungnya, sedikit. Kalau saya naikan banyak langganan pada kabur,”
Pedagang sembako di Pasar Cisalak, Yuliana memaparkan, harga tepung terigu juga mengalami kenaikan. “Tepung terigu itu Rp10.000 perkilo, biasanya Rp 9.000,”
Sedangkan minyak goreng terpantau harganya menyesuaikan pada Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp14.000 perliter, untuk minyak goreng kemasan. “Kalau minyak Rp14.000 se-liter, tapi sulit dicari,”
Yuliana melanjutkan, untuk membeli minyak goreng, dia harus mendatangi kantor UPT Pasar Cisalak yang nantinya akan diberikan minyak goreng dengan harga HET. “Itu juga belinya di Kantor UPT dan dijatah seorang cuma bisa beli lima karton minyak, yang satuannya berisi dua liter,”
Menanggapi fenomena kenaikan harga bahan pangan yang terjadi saat ini, Kepala Bidang Pedagangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Depok, Sony Hendro Prajoko menyebut, bahan pangan yang mengalami kenaikan harga saat menjelang Bulan Puasa itu wajar.
Lebih lanjut Sony memaparkan, kenaikan ini memang sering terjadi saat menjelang Bulan Suci Ramadan. “Sudah kita pantau juga, dan kenaikannya masih dalam batas normal,” katanya.
Kenaikan harga yang terjadi pada bahan pangan tidak disebabkan oleh stok barang yang langka. “Yang harus diluruskan, kenaikan harga ini bukan karena stocknya yang kosong ya,”
Kenaikan harga pada bahan pangan bisa disebabkan oleh faktor cuaca yang melanda kawasan peghasil bahan pangan. “Faktor cuaca bisa mempengaruhi, seperi sekarang yang sedang musim hujan, menjadikan petani jadi gagal panen dan timbulah kenaikan harga pada bahan pangan tersebut,”
(JU)